“Kenapa
dan bagaimana Krisis keuangan bisa terjadi?” pertanyaan tersebut saya dapat
dari adik saya yang masih duduk di bangku SMA tepatnya di kelas X. Cukup terkejut
dan senang juga ketika adik tercinta memiliki Concern ke hal-hal seperti ini, di mana rata-rata teman seusianya
bahkan tidak terfikir untuk mencari tentang hal tersebut. Yang pasti saya mau menjawab
pertanyaan tersebut. Hanya saja, karena saya punya prinsip “Talk Less, Write More” saya memilih
untuk tidak menjawab pertanyaan adik saya secara langsung kepadanya, melainkan
melalui tulisan ini, yang link-nya
akan saya kirim ke dia nantinya. Ya hitung-hitung supaya dia terbiasa membaca
juga kan. Berhubung juga konektivitas internet yang terbatas, tulisan ini saya
buat tanpa bantuan om google sama sekali (alias No Searching At All). Hanya bermodalkan tangan untuk mengetik,
laptop sebagai platform mengetik dan pengetahuan, dan beberapa film yang masih
berusaha untuk saya fahami. So, it is a
very normal things, if there are many mistakes of my answer or my writting and
including my English.
Nah
jadi sebelum masuk ke yang namanya Krisis Keuangan, ada baiknya kita pahami
dulu, apa sebenarnya mendasari sistem keuangan di seluruh dunia. Berdasarkan pendek
pemahaman saya, kunci dari sistem keuangan kita adalah, Trust (kepercayaan). Sederhananya, kita anggap saja pihak-pihak
dalam sistem keuangan itu hanya ada Bank (bank investasi dan bank retail)(atau
lembaga keuangan lain seperti asuransi, dana pensiun dll), investor, nasabah
atau masyarakat yang menyimpan uangnya di bank,
sektor pelaku usaha/ perusahaan. Meskipun sebenarnya masih banyak lagi
unsur-unsur yang terlibat dalam suatu sistem keuangan, tapi untuk sejenak
anggaplah mereka-mereka itu yang memiliki peran dominan dalam sebuah sistem
keuangan. Jadi konsepnya adalah, para lembaga keuangan ini (bank, asuransi, dana
pensiun, dll) mengumpulkan dana dari investor atau nasabah dengan berbagai
macam cara dan berbagai macam produk keuangan yang mereka tawarkan (contoh:
tabungan, deposito, saham, asuransi, dana pensiun, dll) kemudian pihak-pihak
yang membutuhkan pendanaan (perusahaan) akan meminta kredit atau apalah itu
bentuknya dari lembaga-lembaga keuangan tersebut (ini teori udah jadul sekali
sih, tapi ya masih laku juga). Nah pertanyaannya,
jika anda diposisikan sebagai nasabah atau investor, apa yang membuat anda
mengalokasikan dana yang anda miliki ke lembaga-lembaga keuangan tersebut atau
secara lebih sederhana apa yang membuat anda menabung di bank?
Mungkin
ada saja yang akan menjawab, untuk masa depan (istri dan si buah hati kelak),
atau supaya gak boros, atau bagian dari manajemen keuangan pribadi, atau supaya
punya ATM (ATM ya, bukan kartunya) dan kelihatan keren di depan gebetan atau
teman yang sebentar lagi jadi gebetan, atau supaya bisa belanja online sana
sini, atau supaya orang bank tahu kalau anda punya banyak duit, atau supaya
dapat bunga dari bank (Interest Holic),
atau supaya gak repot pegang-pegang uang Cash,
atau yang paling menarik, supaya aman dan gak dicuri orang. Well, untuk alasan
yang terakhir ada spesial pertanyaan tambahan. Kenapa anda berfikir uang anda
akan aman di bank? Anda tidak mengenal orang-orang di bank bukan?
Nah
inilah konsep dasar sistem keuangan (sependek pengetahuan saya ya) yang saya
maksud tadi. Dengan tidak mengabaikan alasa-alasan anda menyimpan uang di bank
yang telah saya tulis di atas tadi, secara lebih mendasar Anda sebenarnya mau menyimpan uang anda di bank hanya karena satu asas, kepercayaan. Anda percaya
bahwa uang anda aman di bank, anda percaya bahwa anda akan mendapatkan return (bunga kalau orang kita bilang)
dari bank, anda percaya bahwa kapanpun anda mau menarik uang anda dari mesin
ATM tak kan ada kesulitan atau masalah yang berarti, kecuali ya, mesin ATM nya
rusak atau dibobol maling barangkali atau kartu ATM (nama kerennya sih kartu
debit) anda ketinggalan (ini masalah), atau yang lebih parah lagi anda percaya
bahwa semua uang yang anda simpan di bank masih utuh di bank tersebut dan gak
ke mana-mana. Ya apapun dasar kepercayaan anda sebenarnya bukan menjadi topik
yang hangat untuk diperbincangkan dan dikupas tuntas secara tajam sih. Yang penting,
ide pokok dari paragraf ini adalah, anda menaruh uang anda di bank karena anda
percaya ke pada bank.
Nah,
kembali ke pertanyaan awal, bagaimana krisis keuangan bisa terjadi? Oke kita
anggaplah sistemnya sudah berjalan. Nasabah rajin menabung, bank mendapat uang
dari nasabah, bank menyalurkan pendanaan ke perusahaan, perusahaan memperoleh
pembiyayaan dan menjalankan operasinya (produksi atau apalah itu), lalu nasabah
tadi kembali membeli produk dari perusahaan tersebut. Secara sederhana itulah
siklusnya. Itu adalah siklus yang sehat. tapi krisis keuangan akan sangat
berpotensi terjadi ketika Bank (atau lembaga-lembaga keuangan lainnya)
mengalami kesulitan keuangan ( atau kesulitan likuiditas). Kesulitan keuangan
atau likuiditas perbankan akan menyebabkan nasabah tidak bisa menarik dananya,
perusahaan kesulitan mendapat pembiyayaan, dll. Untuk bagian nasabah tidak bisa
menarik dananya, ini yang bahaya. Meski hal tersebut terjadi ketika kondisi
keuangan suatu bank sudah benar-benar parah, dan biasanya jika bank tersebut dinilai
punya peran besar dalam sistem keuangan dan memenuhi kriteria pemerintah,
bakalan dibantu sih. Tapi jika nasabah sudah kesulitan untuk menarik dananya
dari bank, tentu akan lahir yang namanya Panic,
seperti yang terjadi saat Great
Depression pada awal tahun 1900-an di Amerika Serikat. Para nasabah akan
beramai-ramai menarik dana mereka dari bank yang kesulitan keuangan, akhirnya
ya makin kesulitan keuangan kan. Bukan Cuma itu, para nasabah yang menaruh
uangnya di bank-bank yang memiliki kondisi keuangan yang sehat juga ikut panik
dan beramai-ramai menarik dananya dari bank-bank sehat tersebut, karena takut
dananya akan hilang. Jika sudah demikian, bank-bank yang tadinya sehat itupun
akan ikut ‘sakit’. Inilah yang dinamakan dampak sistemik, yang sangat
berpotensi memicu krisis keuangan dan bahkan meruntuhkan sistem keuangan yang
ada. Jadi ketika nasabah kehilangan kepercayaannya terhadap suatu sistem
keuangan atau suatu lembaga keuangan, mereka akan cenderung main aman dengan
menarik dana, dan jika dilakukan secara beramai-ramai, maka bank-bank akan Collaps.
Mungkin
akan ada yang bertanya lagi, bagaimana caranya bank bisa kesulitan keuangan
(likuiditas)? Untuk menjawab ini mungkin ada baiknya langsung ke contoh nyata
saja. Contoh nyata itu adalah krisis keuangan tahun 2008. Apa yang menyebabkan
krisis keuangan tahun 2008, yang disebut-sebut hampir saja meruntuhkan sistem
keuangan global?
Jadi
dari informasi-informasi yang saya kumpulkan, krisis keuangan tahun 2008 itu
dipicu oleh kredit perumahan. Simpelnya begini,
waktu itu banyak orang Amerika yang pengen punya rumah, sehingga
industri perumahan naik pesat kala itu. Nah, karena sistem pembelian rumahnya
adalah kredit dengan jaminan hipoteknya rumah
tersebut (namanya Mortgage Back
Securities, disingkat MBS), maka tak ada kekhawatiran pada
perusahaan-perusahaan yang memberikan kredit perumahan kala itu. Nah, ada skema
baru nih. Jadi kredit hipotek perumahan itu disekuritisasi oleh bank-bank
investasi di Wall Street (namanya CDO, Collateralized
Debt Obligation) (bahasa gampangnya dijadikan saham dan dijual ke investor)
dan laku keras pula. Karena laku keras dan untungnya besar, maka kredit
perumahan didorong (supaya bisa disekuritisasi dan dijual ke investor dalam
bentuk CDO), hingga menurunkan kriteria penerima kredit.
Nah,
pertanyaannya kenapa banyak yang mau beli itu
kredit perumahan? Ya pertama karena rating layak investasinya mendapat
nilai AAA (tertinggi) dan mikirnya pada saat itu industri perumahan bakal maju
terus, jadi jaminan atas investasinya ada (berupa rumah). juga bank
mengasuransikan CDO tersebut, sehingga k etika terjadi gagal bayar maka
perusahaan asuransi lah yang akan menanggungnya,dimana kebanyakan mereka menuju
perusahaan asuransi terbesar di dunia kala itu , AIG. Jadi dengan itu,
bank-bank menganggap sudah tidak ada lagi risiko dari CDO ini. Bukan hanya itu,
para spekulan yang tidak berinvestasi di CDO tersebut juga ‘bertaruh’ dengan
ikut mengasuransikan CDO yang dibeli investor tadi. Jadi ibarat, anda punya
rumah dan anda asuransikan, kemudian saya juga ikut mengasuransikan rumah anda
dan membayar premi asuransi saya sendiri, dengan harapan, ketika rumah anda
terbakar saya akan mendapat ganti rugi dari perusahaan asuransi. Demikian juga
dengan CDO (Collateralized Debt
Obligation).
Kembali
ke kredit perumahan. Karena kriteria kredit diturunkan (pasti akan menigkatkan
risiko gagal bayar) dan saat itu suku bunga mengalami kenaikan, maka terjadilah
gagal bayar kredit secara simultan (besar-besaran), ini disebut Credit Default Swap (CDS).inilah salah
satu yang menyebabkan bangkrutnya bank investasi besar di amerika, Lehman
Brother pada 2008 bulan September tanggal 10 (kalau tidak salah). Banyak Bank
yang mengalami kesulitan likuidasi, orang-orang berlomba menarik dananya dari
bank, sehingga perusahaan sekelas General Motor juga mengalami kesulitan dalam
mendapatkan pembiayaan harian mereka hingga bangkrut.
Lalu
singkatnya rumah-rumah yang gagal bayar disita dan dijual, terjadi kelebihan
penawaran perumahan sementara permintaan turun, sehinggga harga rumah pada saat
itu menjadi sangat murah. Akibatnya Mortgage
Back Securities yang dibeli investor menjadi tak berguna dan tak bernilai. Karena
sudah diasuransikan, maka AIG harus membayar Swaps (gagal bayar) tadi. Karena jumlahnya sangat besar, AIG
mengalami kesulitan keuangan dan mulai menuju collaps. Bagaimana tidak, setiap bank yang mereka jamin mengalami
kerugian yang besar dihari dan waktu yang sama. AIG adalah perusahaan asuransi yang
sangat besar yang menjamin banyak hal, Penerbangan, Konstruksi, Asuransi jiwa
81 juta polis dengan nilai 1,9 triliun dollar, miliaran dollar dana pensiun,
dan masih banyak lagi. Bayangkan jika perusahaan sekelas AIG bangkrut kala itu,
inilah yang disebut-sebut berpotensi meruntuhkan sistem keuangan dan ekonomi
dunia. Itulah mengapa AIG dibantu oleh pemerintah AS.
Dari
situ nampaklah betapa rapuh sebenarnya sistem keuangan kita sekarang ini. Sedikit
isu yang dijalankan secara masif saja sudah berpotensi mengguncang pasar.
Cukup
panjang juga, dan mungkin adik saya juga tidak akan mengerti. Tulisan ini juga
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan sana-sini. Tapi menulis
adalah pilihan, bukan soal benar salah.