Waktu dan Perahu

Kita mulai dari sebuah sungai. Tempat engkau diam termenung menunggu...

BPK Kawal Harta Negara

Mari bermain analogi sejenak. Anggaplah Indonesia itu adalah suatu perusahaan yang warga negaranya berperan sebagai pemegang saham....

Mengenal Konsep Debt To GDP Ratio

Jika kita ingat beberapa waktu belakangan ini, kita dihebohkan dengan isu ‘Indonesia Darurat Hutang’. Namun pemerintah melalui Kementrian Keuangan memberi penjelasan yang cukup untuk ‘memuaskan’ telinga beberapa orang. Penjelasan yang paling sering diberikan adalah Rasio Hutang Terhadap PDB ( Produk Domestik Bruto) atau dengan istilah lain Debt To GDP Ratio. Saat ini tingkat rasio hutng terhadap PDB kita masih berkisar di angka 27%.......

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 20 Maret 2018

Bagaimana Krisis Keuangan Terjadi?


“Kenapa dan bagaimana Krisis keuangan bisa terjadi?” pertanyaan tersebut saya dapat dari adik saya yang masih duduk di bangku SMA tepatnya di kelas X. Cukup terkejut dan senang juga ketika adik tercinta memiliki Concern ke hal-hal seperti ini, di mana rata-rata teman seusianya bahkan tidak terfikir untuk mencari tentang hal tersebut. Yang pasti saya mau menjawab pertanyaan tersebut. Hanya saja, karena saya punya prinsip “Talk Less, Write More” saya memilih untuk tidak menjawab pertanyaan adik saya secara langsung kepadanya, melainkan melalui tulisan ini, yang link-nya akan saya kirim ke dia nantinya. Ya hitung-hitung supaya dia terbiasa membaca juga kan. Berhubung juga konektivitas internet yang terbatas, tulisan ini saya buat tanpa bantuan om google sama sekali (alias No Searching At All). Hanya bermodalkan tangan untuk mengetik, laptop sebagai platform mengetik dan pengetahuan, dan beberapa film yang masih berusaha untuk saya fahami. So, it is a very normal things, if there are many mistakes of my answer or my writting and including my English.
Nah jadi sebelum masuk ke yang namanya Krisis Keuangan, ada baiknya kita pahami dulu, apa sebenarnya mendasari sistem keuangan di seluruh dunia. Berdasarkan pendek pemahaman saya, kunci dari sistem keuangan kita adalah, Trust (kepercayaan). Sederhananya, kita anggap saja pihak-pihak dalam sistem keuangan itu hanya ada Bank (bank investasi dan bank retail)(atau lembaga keuangan lain seperti asuransi, dana pensiun dll), investor, nasabah atau masyarakat yang menyimpan uangnya di bank,  sektor pelaku usaha/ perusahaan. Meskipun sebenarnya masih banyak lagi unsur-unsur yang terlibat dalam suatu sistem keuangan, tapi untuk sejenak anggaplah mereka-mereka itu yang memiliki peran dominan dalam sebuah sistem keuangan. Jadi konsepnya adalah, para lembaga keuangan ini (bank, asuransi, dana pensiun, dll) mengumpulkan dana dari investor atau nasabah dengan berbagai macam cara dan berbagai macam produk keuangan yang mereka tawarkan (contoh: tabungan, deposito, saham, asuransi, dana pensiun, dll) kemudian pihak-pihak yang membutuhkan pendanaan (perusahaan) akan meminta kredit atau apalah itu bentuknya dari lembaga-lembaga keuangan tersebut (ini teori udah jadul sekali sih, tapi ya masih laku juga).  Nah pertanyaannya, jika anda diposisikan sebagai nasabah atau investor, apa yang membuat anda mengalokasikan dana yang anda miliki ke lembaga-lembaga keuangan tersebut atau secara lebih sederhana apa yang membuat anda menabung di bank?
Mungkin ada saja yang akan menjawab, untuk masa depan (istri dan si buah hati kelak), atau supaya gak boros, atau bagian dari manajemen keuangan pribadi, atau supaya punya ATM (ATM ya, bukan kartunya) dan kelihatan keren di depan gebetan atau teman yang sebentar lagi jadi gebetan, atau supaya bisa belanja online sana sini, atau supaya orang bank tahu kalau anda punya banyak duit, atau supaya dapat bunga dari bank (Interest Holic), atau supaya gak repot pegang-pegang uang Cash, atau yang paling menarik, supaya aman dan gak dicuri orang. Well, untuk alasan yang terakhir ada spesial pertanyaan tambahan. Kenapa anda berfikir uang anda akan aman di bank? Anda tidak mengenal orang-orang di bank bukan?
Nah inilah konsep dasar sistem keuangan (sependek pengetahuan saya ya) yang saya maksud tadi. Dengan tidak mengabaikan alasa-alasan anda menyimpan uang di bank yang telah saya tulis di atas tadi, secara lebih mendasar Anda sebenarnya mau  menyimpan uang anda di bank hanya  karena satu asas, kepercayaan. Anda percaya bahwa uang anda aman di bank, anda percaya bahwa anda akan mendapatkan return (bunga kalau orang kita bilang) dari bank, anda percaya bahwa kapanpun anda mau menarik uang anda dari mesin ATM tak kan ada kesulitan atau masalah yang berarti, kecuali ya, mesin ATM nya rusak atau dibobol maling barangkali atau kartu ATM (nama kerennya sih kartu debit) anda ketinggalan (ini masalah), atau yang lebih parah lagi anda percaya bahwa semua uang yang anda simpan di bank masih utuh di bank tersebut dan gak ke mana-mana. Ya apapun dasar kepercayaan anda sebenarnya bukan menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan dan dikupas tuntas secara tajam sih. Yang penting, ide pokok dari paragraf ini adalah, anda menaruh uang anda di bank karena anda percaya ke pada bank.
Nah, kembali ke pertanyaan awal, bagaimana krisis keuangan bisa terjadi? Oke kita anggaplah sistemnya sudah berjalan. Nasabah rajin menabung, bank mendapat uang dari nasabah, bank menyalurkan pendanaan ke perusahaan, perusahaan memperoleh pembiyayaan dan menjalankan operasinya (produksi atau apalah itu), lalu nasabah tadi kembali membeli produk dari perusahaan tersebut. Secara sederhana itulah siklusnya. Itu adalah siklus yang sehat. tapi krisis keuangan akan sangat berpotensi terjadi ketika Bank (atau lembaga-lembaga keuangan lainnya) mengalami kesulitan keuangan ( atau kesulitan likuiditas). Kesulitan keuangan atau likuiditas perbankan akan menyebabkan nasabah tidak bisa menarik dananya, perusahaan kesulitan mendapat pembiyayaan, dll. Untuk bagian nasabah tidak bisa menarik dananya, ini yang bahaya. Meski hal tersebut terjadi ketika kondisi keuangan suatu bank sudah benar-benar parah, dan biasanya jika bank tersebut dinilai punya peran besar dalam sistem keuangan dan memenuhi kriteria pemerintah, bakalan dibantu sih. Tapi jika nasabah sudah kesulitan untuk menarik dananya dari bank, tentu akan lahir yang namanya Panic, seperti yang terjadi saat Great Depression pada awal tahun 1900-an di Amerika Serikat. Para nasabah akan beramai-ramai menarik dana mereka dari bank yang kesulitan keuangan, akhirnya ya makin kesulitan keuangan kan. Bukan Cuma itu, para nasabah yang menaruh uangnya di bank-bank yang memiliki kondisi keuangan yang sehat juga ikut panik dan beramai-ramai menarik dananya dari bank-bank sehat tersebut, karena takut dananya akan hilang. Jika sudah demikian, bank-bank yang tadinya sehat itupun akan ikut ‘sakit’. Inilah yang dinamakan dampak sistemik, yang sangat berpotensi memicu krisis keuangan dan bahkan meruntuhkan sistem keuangan yang ada. Jadi ketika nasabah kehilangan kepercayaannya terhadap suatu sistem keuangan atau suatu lembaga keuangan, mereka akan cenderung main aman dengan menarik dana, dan jika dilakukan secara beramai-ramai, maka bank-bank akan Collaps.
Mungkin akan ada yang bertanya lagi, bagaimana caranya bank bisa kesulitan keuangan (likuiditas)? Untuk menjawab ini mungkin ada baiknya langsung ke contoh nyata saja. Contoh nyata itu adalah krisis keuangan tahun 2008. Apa yang menyebabkan krisis keuangan tahun 2008, yang disebut-sebut hampir saja meruntuhkan sistem keuangan global?
Jadi dari informasi-informasi yang saya kumpulkan, krisis keuangan tahun 2008 itu dipicu oleh kredit perumahan. Simpelnya begini,  waktu itu banyak orang Amerika yang pengen punya rumah, sehingga industri perumahan naik pesat kala itu. Nah, karena sistem pembelian rumahnya adalah kredit dengan jaminan hipoteknya  rumah tersebut (namanya Mortgage Back Securities, disingkat MBS), maka tak ada kekhawatiran pada perusahaan-perusahaan yang memberikan kredit perumahan kala itu. Nah, ada skema baru nih. Jadi kredit hipotek perumahan itu disekuritisasi oleh bank-bank investasi di Wall Street (namanya CDO, Collateralized Debt Obligation) (bahasa gampangnya dijadikan saham dan dijual ke investor) dan laku keras pula. Karena laku keras dan untungnya besar, maka kredit perumahan didorong (supaya bisa disekuritisasi dan dijual ke investor dalam bentuk CDO), hingga menurunkan kriteria penerima kredit.
Nah, pertanyaannya kenapa banyak yang mau beli itu  kredit perumahan? Ya pertama karena rating layak investasinya mendapat nilai AAA (tertinggi) dan mikirnya pada saat itu industri perumahan bakal maju terus, jadi jaminan atas investasinya ada (berupa rumah). juga bank mengasuransikan CDO tersebut, sehingga k etika terjadi gagal bayar maka perusahaan asuransi lah yang akan menanggungnya,dimana kebanyakan mereka menuju perusahaan asuransi terbesar di dunia kala itu , AIG. Jadi dengan itu, bank-bank menganggap sudah tidak ada lagi risiko dari CDO ini. Bukan hanya itu, para spekulan yang tidak berinvestasi di CDO tersebut juga ‘bertaruh’ dengan ikut mengasuransikan CDO yang dibeli investor tadi. Jadi ibarat, anda punya rumah dan anda asuransikan, kemudian saya juga ikut mengasuransikan rumah anda dan membayar premi asuransi saya sendiri, dengan harapan, ketika rumah anda terbakar saya akan mendapat ganti rugi dari perusahaan asuransi. Demikian juga dengan CDO (Collateralized Debt Obligation).
Kembali ke kredit perumahan. Karena kriteria kredit diturunkan (pasti akan menigkatkan risiko gagal bayar) dan saat itu suku bunga mengalami kenaikan, maka terjadilah gagal bayar kredit secara simultan (besar-besaran), ini disebut Credit Default Swap (CDS).inilah salah satu yang menyebabkan bangkrutnya bank investasi besar di amerika, Lehman Brother pada 2008 bulan September tanggal 10 (kalau tidak salah). Banyak Bank yang mengalami kesulitan likuidasi, orang-orang berlomba menarik dananya dari bank, sehingga perusahaan sekelas General Motor juga mengalami kesulitan dalam mendapatkan pembiayaan harian mereka hingga bangkrut.
Lalu singkatnya rumah-rumah yang gagal bayar disita dan dijual, terjadi kelebihan penawaran perumahan sementara permintaan turun, sehinggga harga rumah pada saat itu menjadi sangat murah. Akibatnya Mortgage Back Securities yang dibeli investor menjadi tak berguna dan tak bernilai. Karena sudah diasuransikan, maka AIG harus membayar Swaps (gagal bayar) tadi. Karena jumlahnya sangat besar, AIG mengalami kesulitan keuangan dan mulai menuju collaps. Bagaimana tidak, setiap bank yang mereka jamin mengalami kerugian yang besar dihari dan waktu yang sama. AIG adalah perusahaan asuransi yang sangat besar yang menjamin banyak hal, Penerbangan, Konstruksi, Asuransi jiwa 81 juta polis dengan nilai 1,9 triliun dollar, miliaran dollar dana pensiun, dan masih banyak lagi. Bayangkan jika perusahaan sekelas AIG bangkrut kala itu, inilah yang disebut-sebut berpotensi meruntuhkan sistem keuangan dan ekonomi dunia. Itulah mengapa AIG dibantu oleh pemerintah AS.
Dari situ nampaklah betapa rapuh sebenarnya sistem keuangan kita sekarang ini. Sedikit isu yang dijalankan secara masif saja sudah berpotensi mengguncang pasar.
Cukup panjang juga, dan mungkin adik saya juga tidak akan mengerti. Tulisan ini juga masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan sana-sini. Tapi menulis adalah pilihan, bukan soal benar salah.